Sunday, March 25, 2007

MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF

Menemukan ide pokok paragraf merupakan suatu hal yang bukan barang baru lagi bagi pembelajar, baik dari tingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Secara pragmatis dan implikatif dalam hidup keseharian perihal menemukan ide pokok merupakan suatui kenaytaan yang harus dihadapi, diatasi, danj disiasati ketika seseorang harus menerima secara aktif arah komunikasi dari pihak lain.

Bagaimana cara menemukan ide pokok dalam suatu bacaan? Hal ini amat erat kaitannya dengan taktik dan strategi menulis. Berdasarkan teori, suatu gagasan yang tercetus dalam kalimat ide pokok dapat dikembangkan secara nalar deduktif dan induktif. Sedangkan pola pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan berbagai tipe, antara lain: definisi, perbandingan, pertentangan, percontohan, kausalitas (sebab-akibat-akibat; akibat-sebab-sebab), kronologi, deskripsi spasial, dan lain-lain.

Berdasarkan hal tersebut kita dapat menentukan ide pokok paragraf dengan kata-kata kunci yang digunakan oleh penulis atau sebagai ciri pola paragraf beserta pengembangannya. Kata-kata sebab, oleh karena itu, sehingga, akibatnya, misalnya, merupakan kata-kata kunci paragraf kausalitas.

Tentukan ide pokok paragraf dalam wacana berikut!

BAHAN BACAAN

1. Bom mengguncang Bali. Ratusan orang tewas terpanggang atau tercabik-cabik. Puluhan bangunan luluh lantak. Sebagian besar korban adalah turis asing yang tengah menikmati kegemb-iraan atau kedamaian. Dunia tersentak. Kita dibuat merinding. Bali yang kita bangga-banggakan sebagai wilayah aman tenteram ternyata dijadikan target oleh teroris. Kita kecolongan.

2. Perlu ditekankan, ide pendidikan Hatta tak dapat dilepaskan dari pemikirannya tentang ekonomi dan politik perekonomian negara. Sejak masa mudanya, Hatta ingin agar bangsanya bisa menikmati kesejahteraan sosial serata-rata dan seadil-adilnya. Hatta tak ingin bangsanya dicekik oleh ketidakadilan, seperti diperlihatkan oleh keganasan kapitalisme dan imperialisme. Untuk itulah ia mencita-citakan suatu sosialisme Indonesia yang tak lain (Deliar Noer, Muhammad Hatta, 1990: 540) adalah suatu bentuk “pergaulan hidup, di mana tiada lagi penindasan dan penghisapan, dan dijamin bagi rakyat, bagi tiap-tiap orang, kemakmuran dan kepastian penghidupan serta perkembangan kepribadian”.

(Basis, 07-08. Juli-Agustus 2002)

3. “Di atas kubur ayah-ibu, saya taburkan bunga, tafakur, lantas mengucapkan kata-kata yang tumbuh dari nurani. `Semoga dosa-dosa ayah-ibu diampunkan, biar rohnya bersatu dengan roh-Mu, ya Allah, Tuhanku yang rahmani dan rahimi.`

Saya tengadah ke langit. Lalu sujud. Saya yakin, dengan begini saya telah menjadi anak yang berbakti kerpada orang tuanya. Plong rasa hati kalau nanti saya kembali ke Belanda, pulang ke tempat tinggal di Deventer, Overijssel.

Pesawat GIA take-off pada pukul 20.30. Selamat tinggal nestapa. Selamat tinggal Indonesia.

Besok-besok, entah bila, saya akan kembali ke haribaanmu, jika engkau, amboi, negeri tumpah darah yang negeri leluhur, benar-benar damai: tiada badut-badut yang membuat saya syok dan deg-degan, Sebab, bagaimanapun Negeri Belanda hanya tempat tinggal, bukan tempat untuk meninggal. Nanti, saya ingin pulang ke Indonesia untuk berpulang di situ.

Terlena pikiran saya oleh lamun. Setelah terbang 21 jam, Anne menggugah dan saya terjaga. Kata Anne, `Oma, wij zijn er al in Amsterdam.` Dan pesawat pun mendarat di Bandara Schiphol.”


(Cha-Bau-Khan, Hanya Sebuah Dosa, Remy Silado, 1999: 404)


4. Pada hakikatnya, kunci untuk menanggulangi deperesi terletak pada kebugaran otak. Otak yang sudah dikenal sebagai organ tubuh yang mengonsumsi zat makanan paling banyak memerlukan pasokan darah yang cukup mengandung oksigen dan beragam nutrisi penting lainnya. Hal itu hanya dapat dicapai jika keseimbangan ideal antara sirkulasi darah ke otak dan terjaganya pasokan nutrisi yang diperlukan oleh otak kita. Sirkulasi darah ditentukan oleh kinerja jantung dan pembluh darah yang sehat. Sementara suplai nutrisi penting bagi kesegaran jutaan sel otak yang sangat rumit.

(Tempo, 20 )ktober 2002)

5. Semua kacau-balau. Saling curiga juga di dunia kesenian, khususnya di jagad perkeliran. Para dalang wayang yang saat itu banyak di antaranya bergabuing dalam organisasi kesenian underbow partai politik, tersaput gonjang-ganjing. Gegeran. Dalang tak lagi kuasa atas wayang-wayang di depan kelir. Mereka berubah jadi wayang, yang kosong terobang-ambing, terkepung api perang Baratayudha di negeri bernama Indonesia. Sebagai wayang, mereka tidak tahu siapa dalangnya. Dan mereka tak pernah tahu selamanya. Sebab, mereka mati dalam ontran-ontranan itu. Dalang-dalang itu tumbang, masuk kotak, terkubur waktu. Maka Lampung pun kehabisan dalang.

(Utusan, No. 10 Th. Ke-52, Oktober 2002)

6. Entah sudah berapa ratrus kelompok pintar yang sudah membaca berjilid-jilid buku dan berapa ratus pejabat yang menikmati karier suksesnya di negeri ini. Namun, tetap saja Indonesia diterpa keadaan-keadaan yang kontradiktif. Di mana-mana. Bukan hanya di ladang pertanian atau lantai industri, bahkan sampai ke dialektika elit pun; suguhan itu tetap tegar berada. Buku dan karier yang sudah dinikmati tak mampu mengubah keadaan.

(Busos, Edisi 20/XXX/2001)

7. Tatkala Tymothy Mc Veigh, pelaku peledakan bom di Oklahoma City, Amerika Serikat, pada tahun 1995 yang menewaskan 169 orang, ditanya di sidang pengadilan, mengapa ia memilih Murrah Federal Building sebagai sasarannya, ia menjawab bahwa bangunan tersebut “mempunyai banyak ruang terbuka di sekelilingnya hingga bagus untuk difoto atau disorot televisi”. Jawaban tersebut jelas menunjukkan Mc Veigh telah memperhitungkan segi liputan media dalam aksi terornya.

Terorisme dan media memang mempunyai kaitan. Berbeda dengan terorisme tempo dulu, terorisme masa kini sangat memerlukan publisitas bagi aksi terornya. Tujuan teror bisa bermacam-macam, antara lan utnuk memperoleh perhatian, mendemosntrasikan kemampuannya, merongrong dan merusak citra suatu pemerintahan, menebarkan ketakutan, atau untuk menarik dukungan terhadap “perjuangan” si teroris. Tanpa publisitas dari media, aksi teror mereka tidak akan “berbunyi” atau “bergema”. Sampai-sampai mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher pernah mengatakan, “Publisitas adalah bagaikan oksigen bagi teroris.”

(Kompas, hlm. 4: iii, 24 Oktober 2002)

8. Kompromi, damai, sepertinya sudah menjadi barang yang langka di negeri kita. Belakangan ini, dengan berbagai kondisi danalasan, sepertinya kita lebih suka berbeda pendapat, kemudian ribut. Itu terjadi hampir di semua aktivitas, baik politik maupun kegiatan sosial. Akal sehat sepertnya begitu sulit untuk dijumpai. Akibatnya, tidak salah apabila banyak pihak mengatakan bahwa kita adalah bangsa yang suka menyakiti dirinya sendiri, suka melakukan self inflicting.

(Kompas, 24 Oktob3er 2002)

9. Kasus peledakan bom di Kuta, Bali, merupakan puncak dari semua kekerasan itu. Hanya dengan sekali aksi pada tanggal 12 Oktober 2002 itu, lebih dari 180 orang tewas secara mengenaskan dan lebih dari 300 orang lainnya luka-luka. Tragedi Bali membawa kita ke tepi jurang kehancuran. Bukan hanya secara ekonomi kita berada dalam bahaya, tetapi secara sosial keadaannya sangatlah rentan. Oleh karena itu, janganlah situasi yang rawan ini dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan politik, apalagi yang bersifat jangka pendek, untuk bermain api. Insiden yang terjadi di Bali itu jelas merupakan sebuah tindakan terorisme yang tidak berperikemanusdiaan dan kita tidak perlu berpanjang lebar, harus mengutuk dan memeranginya. Tidak perlu aksi terorisme itu digiring menjadi persoalan kelompok tertentu. Ini persoalan kita sebagai bangsa, dan marilah kita bersama-sama menghadapinya serta menemukan pelakunya agar bisa dihukum sesuai dengan kesalahan yang sudah dilakukan.

(Kompas, 24 Oktober 2002)

10. Osteoporosis atau pengeroposan tulang yang ditandai dengan penurunan kepadatan tulang yang cepat serta penipisan jaringan tulang kerap dihubungkan dengan perempuan dan usia lanjut. Padahal, faktor risiko terjadinya osteoporosis bukan karena usia saja. Merokok atau mengonsumsi alkohol pun menjadi faktor pemicu timbulnya osteoporiosis. Tak heran kalau eksekutif muda, termasuk pria, juga bisa terancam osteoporosis dini.
(Senior, No. 172, Oktober 2002)

11. “Kau adalah manusia, dan kenyataan itu sudah cukup bagiku untuk mencintaimu sebagai saudara.” Kalimat ini merupakan bagian dari karya Khahlil Gibran, pujanggga besar asal Lebanon, dalam bukunya Tawa dan Tangis (Tears and Laughter). Di sini Khahlil Gibran menekankan bahwa sesama manusia adalah sama dan kemanusiaan adalah satu. Gibran melihat manusia apa pun bangsa dan agamanya, semua sama di hadapan Tuhan. Sebagai seorang penganjur humanisme universal, ia melihat, jika semua manusia itu statusnya sama di hadapan Pencipta sehingga sesama manusia harus saling menghargai, saling menghormati, dan yang terpenting adalah saling mengasihi. Bahkan Gibran sendiri menganggap bahwa manusialah yang merupakan mukjizat paling besar, yang pernah ada di dunia ini. Sebab berdasarkan pandangan teologi dari berbagai agama besar, manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Tuhan. Karya sang Maha Pencipta ini seharusnya dipelihara dan dijaga supaya tidak binasa dan saling membinasakan.

12. Sebagai seniman dan seorang nasionalis sejati Guruh Sukaenoputra (49) selalu tampil dalam sentuhan unik dan memiliki karakter seperti selama ini melekat pada dirinya. Kesan itulah yang tampaknya mendominasi suasana resepsi pernikahannya dengan Sabina Guseynova Padmavati (22) beberapa waktu yang lalu. Diiringi gamelan Jawa yang mengalunkan gending Kodok Ngorek dan gamelan Bali Lalambatan, kedua mempelai memasuki ruangan dan menuju pelaminan di tengah rumah “Puri Fatmawati” didampingi Guntur Soekarno dan istrinya Hennny serta kedua orangtua Sabina. Sesaat kemudian alunan lagu Monggang terdengar dan menambah suasana semakin sakral. Nuansa tradisonal begitu terasa.

(Senior, No. 172, Oktober 2002)

13. Jangan heran ketika Anda datang ke gedung wakil rakyat tampak mobil mewah dengan berbagai jenis terhampar memenuhi halaman parkir gedung parlemen tersebut. Bak sebuah shoe room terbesar di Jakarta. Pemandangan seperti itu bisa disaksikan setiap hari. Puluhan mobil jenis Jaguar, Mercy, BMW, atau kelas sedikit lebih rendah seperti Toyota Crown, Grand Cherokee, atau Nissan Terrano, terparkir rapi mengapit mobil dinas Volvo para menteri dan petinggi DPR/MPR . Belum lagi penampilan mereka yang bergaya aristokrat. Lihat saja, pakaian sehari-hari yang mereka kenakan: semuanya bermerek dengan harga yang bisa mencapai jutaan.

(Forum, No. 27 Oktober 2002)


14. Seperti orang tua berpepatah, “Agar halaman rumah bersih, gunakanlah sapu yang bersih”. Menyapu korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) pun harus dengan sapu yang bersih. Dalam konteks Indonesia, perlu penegak hukum yang bersih, seperti jaksa, polisi, dan hakim. Ibarat sapu lidi, mereka adalah satu rangkaian penegak hukum. Bilamana ada satu saja dari tiga serangkai itu yang tidak bersih, bagaimana jadinya? Beberapa waktu yang lalu, tak lama dari sekarang, konon Jaksa Agung M.A. Rachman memiliki “rumah gelap” senilai Rp 1.8 miliar. Padahal, gajinya hanya Rp 20 juta per bulan. Kini, konon itu telah menyjadi kenyataan. Rachman sendiri mengaku pada Konmisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) ihwal rumahnya itu setelah sebelumnya terbocorkan oleh bawahannya.
(Forum, No. 27 Oktober 2002)

15. Keterlibatan sejumlah eksekutif dalam olahraga menantang nyali, menarik untuk dicermati. Alasannya sederhana, karena mereka sesungguhnya jelas-jelas adalah kalangan yang telah mapan, entah dari segi finansial, jabatan, harta, dan lain-lain. Mereka telah hidup enak, namun memilih untuk mempertaruhkan segalanya. Apa sebenarnya yang dicari? Peertanyaan itu rasanya menggelitik diajukan kepada penikmatnya sebab ketika harta, jabatan, dan bahkan nyawa menjadi harga yang harus dibayar, imajinasi paling liar sekalipun sulit meracik jawabannya. Hobi. Kata inilah yang kerap secara spontan mengemuka tatkala pertanyaan tersebut dlontarkan. Persoalannya adalah benarkah fenomena bergiat di alam bebas itu semata hanya sekadar hobi.

(Matra, Oktober 2002)

16. Materi plastik yang sudah dikenal sejak puluhan tahun silam sebagai bahan hasil rekayasa polimer, kini telah muncul dalam berbagai jenis produk mulai dari kantung plastik, tas kresek, sampai komponen berteknologi tinggi seperti barang elektronik, otomotif, dan pesawat terbang. Bahan ini banyak digunakan karena mempunyai banyak sifat unggul, seperti ringan, transparan, tahan air, elastik, dan harganya relaitf murah. Selama ini memang telah ada upaya untuk mendaur ulang plastik yang dilakukan oleh pemulung dan indutri pendaur ulang plastik , namun tidak semua limbah tertangani dan beberapa jenis seperti styrofoam dan palstik multilayer belum dapat dimanfaatkan.
(Kompas, 26 Oktober 2002)

17. Tak ada cara lain untuk membuat cerita berabad-abad silam agar tampak hadir di depan kita sekarang, kecuali menghapus jarak waktu. Sastrawan Inggris Wlilliam Shakespeare (1564-1616) menulis Romeo and Juliet, jangan-jangan ia benar-benar menghasratkan tentang cerita yang berkhir tragis daripada menyodorkan nilai perdamaian kedua keluarga yang bertikai. Para seniman berikutnya, katakanlah seperti dalam film Romeo and Juliet karya Bazluhrman yang dibintangi Leonardo Di Caprio, menghadapi karya Shaksespeare dengan berbagai pembaruan. Hal-hal kecil seperti properti ddisesuaikan dengan latar belakang peristiwa. Belati diganti dengan pistol yang lebih mewakili kekinian.
(Kompas, 26 Oktober 2002)

18. “Aih, bagus sekali brosnya. Warnanya hidup sekali.” Itulah percakapan dua perempuan yang sedang bertemu di toilet Hotel Palace of The Golden Horses, Kuala Lumpur, pertengahan Oktober lalu. Keduanya tengah merapikan diri, dan saling lihat dandanan dan perhiasan masing-masing. “Bagus, ya? Saya bawa beberapa, lho. Buat Ibu, harganya rupiah deh, bukan ringgit,” jawab perempuan yang satu lagi, yang dikomentari bagus brosnya itu. Pada wanita, bisnis bisa berlangsung di mana saja. Ini sebuah era yang tak bisa disepelekan menyangkut peranan kelompok perempuan. Ada yang bilang, inilah transformasi dari perempuan sebagai objek pengetahuan menjadi objek yang tahu, berikut kiprah sebagian dari mereka yang diam-diam punya efek siginifikan dalam pergerakan roda ekonomi.
(Kompas, 3 November 2002)

19. Baik Dewi Motik, Martha Tilaar, maupun Wahyuni bukanlah tipe wanita yang bisa duduk diam. Selalu ada kesibukan yang dilakukannya untuk mengisi waktu luang. Dewi sendiri sekarang sudah meraih gelar doktor dengan nilai yang sangat memuaskan. Dia juga masih menjabat sebagai Ketua Kadin dan Presiden IFWE. Martha yang sudah memiliki 3000 karyawan terus-menerus belajar dan berusaha menyebarkan pengetahuannya kepada murid dan karyawannya. Sementara Wahyuni terus aktif dalam asosiasi pengusaha dan ikkut dalam perundingan penetapan upah minimum regional dengan pemerintah. Jika sudah begitu, siapakan yang masih berani meragukan kemampuanmu, hai perempuan?
(Kompas, 3 Novem,ber 2002)

20. Ibu Boru Lubis siang itu banyak tersenyum. Matahari baru saja mulai condong ke barat, tapi sudah beberapa butir emas kecil didapatnya dari Suingai Batangnatal, Kecamatan Batangnatal, Mandailing Natal, Sumatera Utara (Sumut). Sehari-hari, Ibu Boru Lubis ini bersama kelompoknya, yang sekitar sepuluh orang itu, mengais rezeki dari tepian Sungai Bnatangnatal. Yang laki-laki menggali dasar sungai atau bukit di tepian sungai, sementara yang perempuan mendulang pasir untuk mendapatkan emas yang terkandung di dalamnya.
(Kompas, 3 November 2002)

21. Tidak berlebihan bila terowongan bawah laut ini diberi nama Terowongan Nusantara karena Sumatera dan Jawa merupakan wilayah utama pertumbuhan nasional. Di keua pulau berlangsung berbagai kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, mulai dari industri, pertanian, sampai jasa. Karena itu, dengan memadukan konsep pembangunan terwongan dengan pengembangan wilayah, diharapkan masalah pendanaan dapat dipecahkan. Terowongan Nusantara nantinya tidak sekadar berfungsi memindahkan barang dan jasa dalam moda kereta, namun juga akan melewatkan fasilitas lain seperti minyak, gas, coal slurry (mungkin), telekomunikasi, dan listrik. Perusahaan terkait akan diuntungkan karena dari segi keamanan jauh lebih terjamin apabila pipa dan kabel dilewatkan dalam terowongan dibanding dengan langsung ditimbun di dasar laiut. Sebagai penunjang akan dibangun pula depot-depot dan lahan opreasional di kedua ujung terowongan. (Kompas, 3 November 2002)

22. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan untuk kembali berupaya mengubah gaya hidup agar prevalensi serangan jantung dan stroke di seluruh dunia turun. “Beban ini tidak hanya perlu ditangai pemerintah, tetapi juga memerlukan usaha bersama secara individu dengan bergaya hidup sehat’” kata juru bicara WHO pekan ini. Cara terbaik adalah dengan mengurangi kegemukan, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol, namun di sisi lain meningkatkan porsi olahraga, makan makanan berserat, serta mengurangi makanan berlemak. Di sekluruh dunia diperkirakan 32 juta orang terkena serangan jantung setiap tahunnya dan 12 juta lainnya meninggal dunia. Merokok merupakan 20 persen penyebab, namun penyebab trerbesar adalah tekanan darah tinggi yang terkait dengan pola makan dan kebiasaan berolahraga.
(Kompas, 3 November 2002)

23. Repressed agression adalah suatu keadaan saat melaui mekanisme psikologis yang disebut represi, membuat dorongan agresi masuk dan menjadi bagian dari dimensi bawah sadar manusia. Dorongan agresi dalam batas tertentu memang sangat dibutuhkan manusia karena dengan keberadaan dorongan tersebut, manusia dapat bertahan dalam menghadapi stres selama jangka waktu kehidupannya. Represi dorongan agresi akan mengakibatkan seseorang menghayati kecemasan. Kecemasan (anxiety) dalam batas normal pun sangat dibutuhkan karena justru kecemasan normal seseorang akan waspada terhadap bahaya yang akan mengancam dirinya, pada saat ia menyeberangi jalan, misalnya, sehingga ia akan lebih bersikap berhati-hati.
(Kompas, 3 November 2002)

24. Kata trotoar yang berasal dari bahasa Perancis trotoire; adalah jalur jalan kecil selebar 1,5 sampai dua meter atau lebih memanjang sepanjang jalan besar atau jalan raya yang oleh orang sono biasa dibilang street, road, atau avenue. Orang Inggris menamakan bagian badan jalan itu pedestyrian. Orang Jerman bilang fuss-steige atau fussgaenger-weg, yaitu bahu jalan yang dibikin khusus di pinggir kiri –kanan jalan lalu lintas kendaraan umum. Kita tidak punya pengertian dan istilah khusus untuk objek seperti itu. Kita juga tidak tahu mengapa kita lebih suka menamakan bagian badan jalan yang sangat vital untuk kegiatan sehari-hari itu dengan sebutan bahasa Perancis trotoar. Mungkin supaya kedengaran lebih keren dan bergengsi. Kita kan paling demen dengan gaya keren-kerenan dan gengsi-gengsian seperti itu. Tetapi, apakah kinerja dan aturan pakai trotoar yang kita gunakan juga sekeren dan segengsi fungsi yang seharusnya? Tunggu dulu. Biasanya sih, kalau nyangkut soal aturan dan fungsi-fungsian begini, kita orang adalah makhluk paling tidak keren dan tidak bergengsi. (Kompas, 3 Novem,ber 2002)

25. Kelompok Bersenjata Pascapeledakan Bom

Saya dan bahkan sebagian besar bangsa Indonesia pasti berduka dengan kejadian peledakan bom yang menewaskan warga negara asing dan saudara kita di Bali, yang pasti berpengaruh besar pada perekonomian dan hubungan ke luar negeri. Saya berharap kepada pemerintah dan aparat keamanaan untuk menggunakanan momen yang tepat ini untuk segera membubarkan segala bentuk radikalisme dan kelompok pengacau keamanan yang bernaung dalam organisasi apa pun.

Diharapkan, tidak ada lagi kelompok bersenjata, kecuali TNI dan Kepolisian Negara RI (Polri) di negara ini. Semoga pendapar saya ini bisa nmenjadi pertimbangan pemerintah dalam menyikapi masalah pascapecadakan bom di Legian Bali, demi ketenteraman umat manusia dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia pada khususunya. Mari kita kembali sebagai manusia yang lebih beradab.

Joko Sumpeno
Jln. Sampoangan baru III/B12
Semarang-50233

26. Kerpasrahan Jiwalah yang Mengantar Kita saat Menjelang Ajal

Kekayaan dan kepandaian memang menjadi milik Sam. Namun, vonis kanker otak merenggut semua kenimatan dalam hidup pria muda itu dalam sekejap. Kepasrahan hati pada takdir sang Ilahi menjadi tugas terakhir di sisa hidupannya. Mampukah ia bertahan?

27. Konsep pertama Rotary Wing atau baling-baling putar berasal dari Cina pada abad ke-4 SM. Sebuah buku berjudul “Pao Phu Tau” menceritakan kendaraan terbang (fei chhe). Di Cina pada awal tahun 1500 telah dikenal mainan yang dapat terbang dan dipuntir di antara dua telapak tangan. Leonardo dan Vinci kemudian membuat desain mesin yang dapat terbang dan mendarat vertikal yang sekarang kita kenal sebagai helikopter. Sejak itu perkembangan desain helikopter mengalami kemajuan yang sangat pesat.
(Kompas, 5 November 2002)

28. Dicky Adinda Sukarmadji merupakan sosok serba pertama. Dia adalah anak pertama (dan satu-satunya) dalam keluarganya, berhasil mendapatkan beasiswa dari Sampoerna Foundation melaui upaya peertamanya, penerima beasiswa pertama untuk angkatan 2001 dan penerima beasiswa Sampoerna Foundation pertama yang berasil lulus dengan gelar MM. Yang juga cukup membanggakan, dia merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang berhasil mendapatkan gelar tersebut di usia sangat muda. 23 tahun. Ayahnya adalah seorang konsultan teknik di salah satu pabrik tekstil di Jawa Tengah. Sampoerna Foundation bangga untuk menyambutnya sebagai alumni pertama. (Kompas, 3 November 2002)

29. Semakin populer sebuah lagu yang ikut meningkatkan penjualan kaset dan CD seorang penyanyi atau sebuah grup musik, merupakan masalah utama industri musik di negeri ini. Dahulu yang ada cuma TVRI, asal masuk acara Aneka Safari, beres! Sekarang ditambah sembilan stasiun televisi swasta, dengan sendirinya meningkatkan biaya promosi menjadi 10 kali lebih besar. Sementara penjualan merosot lebih dari 30 persen. Untung beberapa pabrik rokok bersedia mendanai perjalanan show promosi penyanyi dan grup musik ke berbagai kota. Dengan demikian, lagu mereka menjadi populer dan mendongkrak penjualan kaset serta CD-nya.

(Kompas, 5 November 2002)

30. Saudara-Saudara dan Hadirin yang Terhormat!
Bila dipahami dari perspektif tingkah laku manusia, terorisme adalah sebagian dari keseluruhan proses sosial yang terjadi di masyarakat. Dengan begitu, penangkalan terorism, selayaknya tidak ditanggapi hanya dengan menangkap para pelaku, mengadili, dan menghukum seberat-beratnya!

Dalam sejarah, ketika sistem pemerintahan demokrasi belum dikenal, maka untuk mempertahankan kekuasaan dan menyingkirkan lawan-lawan, suatu rezim yang berkuasa menggunakan cara diktatorial, intimidatif, kekerasan, dan teror. Sebagai contoh munculnya kaum Yakobin yang memerintah Perancis pada awal abad ke-17 yang dikenal dengan terreur rouge. Di Indonesia, pada masa Orde Baru, tindakan-tindakan ancaman, kekerasan, paksaan penggusuran, teror, fitnah, vonis, dan pembunuhan tanpa proses perdilan, penculikan, korupsi, diktator, menjadi bagian roda pemerintahan rezim Soeharto.

Di sisi lain cara negeri-negeri beralih ke alam demokrasi berbeda-beda, meski ada persoalan-persoalan yang sama. Samuel P. Huntington (1991) menjelaskan sejumlah masalah kontekstual utama yang dihadapi negara-negara sedang mengalami transisi dari pemerintah otoriter ke pemerintahan demokratis, yaitu: a) pemberontakan; b) konflik internal/komunal; c) tingkat kemiskinan yang ekstrem; d) ketimpangan sosial ekonomis yang mencolok; e) inflasi yang kronis; f) utang luar negeri yang besar; dan g) terorisme.
(Kompas, 5 November 2002)

31. Bulevar Mao Tse Tong sepeerti juga bulevar-bulevar lain di Phnom Penh, sore hari biasa dipadati ratusan sepeda motor dan ribuan orang mejeng semau mereka. Berboncengan tiga orang dengan sepeda motor bebek atau bahkan berempat -lengkap: suami, anak, dan istri- bukan hal yang langka. Pakai helm? Oh, mayoritas warga Phnom Penh lebih suka pakai helm alami, helm rambut, alias tanpa helm. Paling banter mereka pakai topi pet. Mereka juga tak takut ditangkap polisi. Pasalnya, kalau polisi mau opreasi helm, mereka akan kecapaian sendiri lantaran warga kota itu lebih suka tak pakai helm. Pemakai heln umumnya hanya satu dua orang yang memakai motor dengan cc agak gede.

(Kompas, 5 November 2002)

32. Lagu Goyang Dombret terdengar keras dari salah satu toko kaset dan compact disc di lantai dua Stasiun Kereta Api Taipei, Taiwan. Di atas kaset dan CD tersebut tergantung selembar bendera Merah Putih. Di antara rak-rak kaset itu juga ada bendera Merah Putih berukuran kecil. Beragam kaset dan CD yang dilantunkan penyanyi Indonesia tersedia di toko tersebut dari lagu pop, dangdut, hingga lagu daerah. Stasiun kereta api ini tepat berada di depan gedung tertinggi di Taipei, pusat perbelanjaan Sanguang, Matsukoshi. Stasiun ini juga terhubung dengan Taipei Main Statiun dan stasiun mass rapid transport (MRT) utama di Taipei.

(Kompas, 6 November 2002)